- Peta Zona Gempa RSNI 2010. Bisa didownload di sini kalo belum punya
- ASCE 7 duaribu sepuluh. Download di sini.
- Secangkir teh hangat dan 3 potong gorengan. (maaf, ngga bisa didownload)
- Siapkan diagram respon spektra desain, ambil dari ASCE 7 2010.
Jadi,… kalo sebelumnya di SNI 2002 kita tinggal menggunakan respon spektra yang sudah disediakan oleh SNI …
sekarang, di SNI Gempa 2010, justru kita membuat respon spektrum sendiri. - itu adalah parameter respon spektrum pada periode pendek (s = short)
itu parameter respon spektrum pada periode 1 detik (1 = 1 detik)
Cara menentukan dan adalah dari peta gempa.
Nah, peta mana yang dipake? Di situ ada 2×3=6 peta. Ada peta untuk probabilitas terlampaui 2% dan 10% masing-masing dalam periode 50 tahun. Yang 2% itu setara dengan periode gempa 2500 tahunan (kalo ga salah), dan yang 10% itu setara dengan periode gempa 500 tahunan.
Yang direkomendasikan untuk digunakan adalah yang 2% alias periode gempa 2500 tahunan.
Nah, masing-masing periode gempa punya 3 peta lagi: respon spektra percepatan puncak, 0.2 detik, dan 1 detik.
Yang percepatan puncak itu nggak usah dilirik. Kita cuma perlu yang 0.2 detik dan 1 detik.
Untuk , kita pake peta Respon Spektra 0.2 detik Probabilitas 2%.
Untuk , kita pake peta Respon Spektra 1 detik Probabilitas 2%. Contoh: untuk Jakarta
Saya mungkin ambil , soalnya Jakarta ada di antara garis 0.60 dan 0.70. Kalo mau ambil 0.64 atau 0.66 atau 0.642478 juga ga apa-apa, itu tergantung interpretasi si engineer.
Sementara untuk yang 1 detik, , soalnya Jakarta ada di antara garis 0.25 dan 0.3. - Tentukan Kelas Lokasi (Site Class). Data yang dibutuhkan adalah Nspt, cepat rambat gelombang, dan kuat geser niralir (undrained). Minimal 2 dari 3 data tersebut harus ada.
Jadi, kondisi “normal”nya, untuk Indonesia yang sering digunakan adalah Kelas C (keras), D (sedang), dan E (lunak). - Buka Tabel Fa dan Fv.
Boleh pake interpolasi linear kalo nilai dan -nya ngga ada di tabel.
Contoh: Jakarta, Kelas Lokasi E (tanah lunak), , dan .
Hasil pembacaan tabel:
, dan (mohon dikoreksi kalo salah) - Hitung dan
Apa pula itu?
Udahlah… hitung dulu aja… penjelasannya menyusul… (sebenarnya juragan juga masih mencari bahasa yang paling manusiawi untuk menjelaskan variabel tersebut :D )
,
Contoh, untuk kasus di atas:
,
- Trus… hitung deh dan , dengan rumus
,
Contoh, untuk kasus di atas:
,
- Nah, kalo udah ada dan , berarti kita udah bisa menggambar grafik respons spektranya kan? Template-nya liat di poin 1 di atas.
,
Tinggal pake MS Excel, jadi deh respon spektranya.
- Tentukan dulu kategori risiko bangunan, mulai dari kategori I sampai IV. Tinggal ngintip tabel aja kok
- Kalo udah ketemu Kategori Risiko Bangunan, tentukan Kategori Desain Gempa, pake 2 tabel berikut.
Untuk kasus di atas, Jakarta , dan , maka Kategori Desain Gempanya adalah D. (Betul nggak?)
Kalo misalnya dari 2 tabel di atas hasilnya berbeda, maka diambil yang “terberat”. Misalnya dari tabel pertama hasilnya C, tapi dari tabel kedua hasilnya D, maka yang dipake adalah D. - Setelah itu, cek tabel berikut
Untuk Kategori D, itu termasuk risiko gempa tinggi. Sehingga mau nggak mau, kudu ngga kudu, harus pake sistem SRPMK atau SDSK.
SRPMK = Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus,
SDSK = Sistem Dinding Struktural Khusus (kalo ga salah) :D - Setelah itu, barulah kita tentukan nilai R. Pakai tabel lagi…
Misalnya, tipe strukturnya adalah beton bertulang ngga pake shearwall, tinggal cari di tabel:
Itu tuh… di nomer 5, R = 8. Nggak kebaca ya? Mohon maaf… saya sudah berusaha nyari sumber yang lebih jelas tapi belum ketemu. :’( - Setelah menentukan nilai R, terakhir menentukan periode getar alami struktur, T. T ini bisa dihitung dengan menggunakan program komputer, atau bisa juga dengan rumus empiris yang sudah disediakan. Nah, mulai dari sini prosedur perhitungan beban gempanya sudah mulai mirip dengan SNI Gempa sebelumnya. Jadi,… juragan ngga akan sambung lagi… :D
Mohon maaf jika kurang membantu.
0 komentar:
Posting Komentar