Untuk dapat menjawab pertanyaan ini, kita harus
melihat kondisi geology wilayah Indonesia dan sekitarnya. Secara
geografis, wilayah Indonesia terletak di wilayah kepulauan yang kita
sebut Nusantara atau archipelago. Suatu wilayah rangkaian pulau-pulau
yang tersebar dari semenanjung Malaya ke Timur sampai ke Papua yang
meliputi Malaysia, Singapura, Indonesia, Brunei dan Timor Leste. Pulau
Papua (Irian Jaya dan Papua New Guinea) secara geologis sebenarnya
adalah pulau yang bukan dari rangkaian archipelago melainkan bagian dari
benua Australia.
Menurut teori geology, rangkaian nusantara ini terbentuk akibat kenaikan lapisan bumi oleh tumbukan pelat-pelat benua di sekitarnya, sehingga terbentuklah ribuan pulau yang unik yang tidak terdapat di bagian dunia lain di bumi ini. Paling sedikit ada empat pelat tektonik yang mempengaruhi terbentuknya pulau-pulau di nusantara yaitu Pelat Australia di Selatan, Pelat Eurasia di Baratlaut, Pelat Pacific di Timurlaut dan Pelat Philippine di Utara. Pelat tektonik Australia bergerak kearah Timur laut dengan kecepatan ±7cm per tahun, pelat Eurasia bergerak dengan kecepatan ±5cm ke arah Tenggara, Pelat Pacific bergerak kearah Baratlaut dengan kecepatan ±10cm per tahun, sementara pelat Philippine diperkirakan relative statis karena terjepit di antara dua pelat: Eurasia dan Pacific dari arah berlawanan.
Dengan
kondisi tektonik seperti ini, wilayah nusantara adalah termasuk wilayah
yang paling dinamis di dunia, dengan artian kondisi geology atau lapisan
buminya selalu bergejolak yang ditandai dengan banyaknya bentukan
permukaan akibat aktifitas tektonik berupa palung dan gunung berapi baik
di darat ataupun di lautan. Palung adalah jurang memanjang di permukaan
bumi sebagai akibat berpisahnya dua lapisan kerak bumi secara kontinyu
sementara gunung berapi adalah titik dimana cairan bumi mempunyai jalan
keluar akibat tekanan atau tabrakan pelat bumi di bawah (sekitarnya).
Di
satu sisi lapisan bumi seperti ini akan menghasilkan lapisan tanah yang
paling subur akibat aktifitas gunung berapi dan tanah yang gembur
akibat lapisan tanah yang dinamis dan air tanah yang melimpah, di sisi
lain bencana letusan gunung berapi dan gempa bumi selalu mengancam.
Itulah konsekwensi positif dan negatif dari bumi nusantara ini, yang
suka atau tidak memang harus diterima. Tuhan menghadiahkan tanah yang
sangat subur, namun juga sekaligus memberikan resiko di dalamnya. Namun
demikian manusia diberkahi dengan akal oleh Nya yang tentu diharapkan
akan dapat digunakan untuk menyelesaikan segala permasalahan mereka.
Bagan kondisi wilayah sepanjang Sumatera, Jawa, dan NTT akibat pertemuan pelat Australia dan Eurasia (source?)
Kembali ke pertanyaan di atas; lalu apakah ada wilayah di Indonesia yang aman dari bencana gempa?
Ring of Fire
Jika kita berkunjung ke Google Earth, kita akan dapat melihat dengan sangat jelas garis-garis palung ataupun pegunungan baik di darat ataupun di laut. Garis-garis ini terbentuk sebagai akibat perpisahan atau pertemuan dua pelat benua. Untuk wilayah Indonesia, garis ini dapat dijumpai mulai dari Utara pulau Sumatera, bergerak ke Selatan menyusuri selatan pulau Sumatera, selatan pulau Jawa, selatan Nusa Tenggara, Celah Timor, hingga ke pedalaman laut Banda. Ini adalah akibat pertemuan pelat Australia dan Eurasia. Sementara di Utara kita bisa melihat jalur dari Timur Philipina ke bawah sampai ke Laut Banda dan kemudian berbelok ke Timur di atas pulau papua. Ini adalah jalur utama pertemuan Pelat Pacific, Phillipine dan Australia. Sehingga kawasan laut Banda dapat dikatakan tempat yang paling dinamis di dunia karena terdapat pertemuan sekaligus tiga pelat di dalamnya.
Garis-garis
lain yang lebih kecil dapat kita jumpai di sekitar Laut China Selatan,
Laut Sulawesi, dan sekitar Laut Irian. Wilayah-wilayah ini juga
ditengarai sebagai wilayah yang dinamis karena banyak terdapat palung
dan gunung berapi namun relatif lebih kecil jika dibanding garis utama
di atas. Garis itu kita sebut Ring of Fire.
Wilayah
garis bahaya Ring of Fire (merah dan kuning) dan wilayah yang relatif
aman (putih). Source: from various sources, with Googleearth map
Wilayah yang aman
Untuk dapat menentukan wilayah yang relatif aman, tentu harus berada sejauh mungkin dari garis-garis tadi. Jika kita tarik garis sejauh 500km (perkiraan jarak yang aman dari pengaruh gempa bumi) dari garis-garis bahaya atau ring of fire tersebut dapat kita temukan wilayah-wilayah seperti dalam peta. Wilayah semenanjung Malaysia, sepenuhnya aman, Sumatera bagian utara yeng terdiri dari bagian Propinsi Riau, Kepulauan Riau, Bangka Belitung juga aman. Singapura dan Batam juga aman. Sebagian besar Pulau Kalimantan Tengah ke Barat termasuk Brunei juga aman. Hanya sebagian kecil Pulau Jawa di sekitar Gunung Murialah yang aman. Pulau-pulau kecil di antara tempat-tempat tadi juga aman di Laut Jawa.
Sebaliknya, wilayah Indonesia yang kita kenal selama ini sebagai tempat populasi penduduk terbesar melintas dari Pulau Sumatera bagian Utara, Barat, dan Selatan, sebagian besar Pulau Jawa termasuk Jakarta, Bali, NTT, hingga Ambon dan Sulawesi semua rawan terhadap gempa bumi. Oleh karena itu tidak salah kalau ada gagasan untuk memindahkan Ibu Kota ke Kalimantan Barat, atau Selatan. Karena disamping relatif berada di tengah (aman dari serangan militer dari luar dan kemudahan geografis), wilayah itu kemungkinan sangat kecil mendapat goyangan gempa besar.
Lalu apakah seluruh penduduk di wilayah-wilayah berbahaya itu perlu dipindahkan? Tentu saja tidak. Gempa adalah fenomena alam yang wajar. Mesin pembunuh yang sebenarnya bukanlah gempa itu sendiri namun bangunan yang digunakan manusia. Kesadaran dan kewaspadaan akan bahaya gempa dengan menerapkan sistem keselamatan dan bangunan yang aman adalah kunci untuk menghindarkan bahaya dan kerugian yang lebih besar baik benda ataupun nyawa.
0 komentar:
Posting Komentar